Konferensi Internasional, Peran Pemuda Aceh Dalam Memahamai Krisis Kemanusiaan Di Myanmar

Beberapa hal yang bisa saya utarakan setelah mengikuti Konferensi Internasional Terkait Krisis Kemanusiaan Di Myanmar, Peran Pemuda Aceh dalam Memahami Krisis Kemanusiaan Di Myanmar, adalah sebagai berikut
Pemerintah Myanmar hendak mem-Burma kan seluruh Warga Negara Myanmar dengan cara menolak pengakuan terhadap muslim Etnis Rohingya.
Sejarah kependudukan Etnis Rohingya di Rakhine State dihilangkan dan UU Kewarganegaraan di Myanmar tidak sesuai dengan sejarah. Sehingga, Etnis Rohingya dianggap bukan Etnis di Myanmar dan tidak diakui kewarganegaraan, kemudian dikategorikan sebagai Imigran Ilegal di Myanmar.
Myanmar saat ini juga di pengaruhi oleh kekuatan militer, bahkan di Parlemen lebih banyak militer dari pada sipil.
PBB menganggap konflik di Myanmar sejauh ini sebagai Development Crisis, Human Right Crisis dan Security Crisis.
Perlu kita ketahui juga, Rakhine State adalah wilayah pintu gerbang masuk dari arah barat, Rakhine State juga mempunyai Sumber Daya Alam yang melimpah.
Myanmar menganggap Etnis Rohingya sebagai Teroris dikarenakan ada beberapa Etnis Rohingya yang mempunyai senjata. Etnis Rohingya yang memiliki senjata itu sejatinya adalah sebagai pelindung karena ketidakamanan di wilayah nya, sejak di cabut nya hak kewarganegaraan.

Pembicara:

1. Kyaw Win (London -UK/Yangon - Myanmar)
2. Lilianne Fan (Yayasan Geutanjoe)3. Joanne Lauterjung Kelly (Karuna Center for Peacebuilding)4. Daniel Awigra (Program Manager Advokasi ASEAN HRWG)5. Shadia Marhaban (Mediators Beyond Borders International).

Posting Komentar

0 Komentar