Keunikan Adat Pesta Pernikahan Aceh Singkil

Baiklah gan disini saya menceritakan sedikit bagaimana keunikan adat pesta perkawinan dan sunnat rasul di aceh singkil. Disini saya tidak berpanjang lebar untuk menceritakannya. Oke, kita langsung saja ya gan.

Biasanya pesta perkawinan dan sunnat rasul berlansung selama dua hari dua malam. Dihari pertama pemuda pemudi datang bergerombolan untuk menghadiri pesta guna untuk membantu pekerjaan pesta.


Hari-1 Pemuda Dan Pemudi Bekerja Menaok Kali Berondang
Nah disini pemuda dan pemudi langsung bekerja untuk menaok kali berondang atau disebut juga menggonseng parutan kelapa guna untuk rendang daging. Pemuda dan pemudi secara kompaknya bekerja dengan sportif dan biasanya lagi di iringi dengan sound sistem musik supaya pemuda dan pemudi terhibur dan lebih bersemangat dalam melakukan pekerjaan. 

Malam Hari ke-1
Nah disini, para undangan datang untuk menghadiri pesta baik itu orang tua dan pemuda pemudi, sebagian pesta biasanya membuat hiburan untuk para tamunya yaitu Dzikekh Mulut atau disebut juga Dzikir Maulid, dan ada juga tidak membuat hiburan seperti itu, itu tergantug menurut yang punya pesta.

Setelah hiburan dzikir maulid sudah selesai para orang tua kami melaksanakan adat aceh singkil yaitu Metonjong sampai larut malam. Metonjong ini adat aceh singkil yang sudah lama ada sampai saat ini adat ini tetap bertahan.

Dan pemuda setempat bekarja dijambukh pedakanan atau disebut juga dengan dapur tempat masak umum. Disini juga pihak tuan rumah yang dinamakan anak bayo, puhun, bapak penguda, bapak membekhu, juga ikut bekerja sampai larut malam guna untuk mempersiapkan makan siang para tamu undangan di pagi harinya.

Dan ketika sudah mulai larut malam Mempule dan Anak Dakha atau mempelai baik itu laki-laki maupun perempuan biasanya di Tepung Tawari terlebih dahulu atau disebut juga dengan Pesejuk ketika pesejuk selesai mempule dan anak dakha langsung Mehine, atau disebut juga berhinai. Biasanya yang menghinekan mempelai adalah pemudi pemudi setempat.

Malam Hari ke-2
Nah, kalau dimalam ke dua ini, juga sama seperti malam pertama tadi, di malam kedua ini biasanya pihak dari tuan rumah biasanya membuat hiburan keyboard atau musik dangdut, dan sebagian pihak tuan rumah tidak membuat hiburan seperti itu.

Dan malam kedua ini ada sedikit perbedaan dengan malam yang pertama, disini para pemuda setempat melakukan pekerjaan memasak Nakan Gekhsing atau nasi kuning. Yang lebih uniknya lagi pihak tuan rumah menyerahkan pekerjaan memasak nasi kuning ini kepada salah seorang pemuda yang lebih senior tentang memasak nasi kuning ini, dan pihak tuan rumah memenuhi segala keperluan kepada pemuda tersebut.

Setelah proses pembuatan nasi kuning para orang tua kami melakukan adat istiadat yaitu adalah metonjong atau disebut dengan  bersair dengan gendang tradsional aceh singkil. Dimalam pagi sekitar jam sebelum subuh mempule dibangunkan untuk mengikuti proses salah satu bentuk adat aceh singkil juga yaitu menatakhken hine atau disebut juga dengan bergoyang diiringi dengan gendang dan didampingi oleh para penari orang-orang tua kami untuk menampilkan hinei yang sudah terukir seindah mungkin. Dan menceritakan dengan cara lagu adat kami kepada mempelai bagaimana orang tua nya membesarkan dia dan agar kelak mempelai tidak sombong kepada keluarganya, dan kepada orang lain.

Nah, ketika dipagi hari orang tua kami melaksanakan tarian adat masyarakat aceh singkil, yaitu tari Mendampeng. Nah kalau mendampeng ini mempule atau anak dakha dan orang tua dari mempule atau anak dakha tersebut di kelilingi oleh para penari dampeng tersebut.
lebih kuran inilah gambarannya.


Setelah makan adat berlangsung, temettok atau menjatoh pun akan di mulai. Mungkin sobat bertanya-tanya apa itu temettok atau menjatoh ?. Masyarakat aceh singkil menyebutnya temettok atau menjatoh disini para tamu undangan memberikan uang kepada tuan rumah. Uniknya lagi, disini bapak membekhu, puhun, anak bayo, dipanggil terlebih dahulu, dan uang yang mereka keluarkan disebutkan oleh para kepala tokoh adat memakai MIX TOA atau SOUNDS SYSTEM ,setelah itu barulah para tamu undangan dipanggil. Nah mungkin anda bertanya lagi, kalau seperti itu sistemnya yang pihak tuan rumah banyak meraup untung dong ?.

Jawabannya iya, akan tetapi pihak tuan rumah juga harus membayar hutang kepada para tamu undangannya. Ketika kedepan harinya salah satu tamu ini menyelenggarakan, pesta tuan rumah ini harus membayar lebih dari bayaran sebelumnya. 

Bagaimana cara membayarnya, kan tamu nya banyak, pasti itu yang timbul di dalam benak anda.
Disini, tidak ada keraguan,. Karena, ketika berlangsungnnya temettok atau menjatoh kepala tokoh adat mencatat uang yang dikeluarkan oleh para tamu undangan sesuai dengan nama para tamu undangan.

Penulis : Harpan Sagala

Posting Komentar

0 Komentar