Mengenal Sosok Syeikh Bahauddin Tawar (Abuya Tanah Merah) Singkil


Syeikh H. Bahauddin Tawar atau biasa dipanggil Abuya Tanah Merah merupakan ulama kharismatik Aceh serta pendiri Pondok Pesantren Darul Muta’allimin. Abuya Tanah Merah lahir pada tanggal 5 Februari 1937 di sebuah desa bernama Desa Seping, Kecamatan Simpan Kanan yang sekarang sudah masuk dalam wilayah Kecamatan Gunung Meriah di Kabupaten Aceh Singkil. Ayah beliau bernama Ma’tawar dan ibu bernama Siti Zainab.


Semasa kecil, beliau diajar langsung oleh kedua orang tua dengan didikan dan pengajaran yang baik sama usia 6 tahun. Selanjutnya beliau mulai sekolah di Sekolah Rakjat Pemuka di Desa Pemuka, Kecamatan Singkil selama 3 tahun. Meskipun bersekolah selama 3 tahun, beliau tidak mendapatkan Ijazah di Sekolah Rakjat Pemuka.
Pada tahun 1947, beliau melanjutkan sekolah ke Pesantren Darussalam, Labuhan Haji Kabupaten Aceh Selatan. Selama beliau di Pesantren Darussalam tersebut, beliau belajar Ilmu Pengetahuan Agama Islam dari jenjang Tsanawiyah, Aliyah dan Bustanul Muhaqqiqin (Perguruan Tinggi Agama Islam). Beliau belajar langsung kepada ulama besar saat itu Syeikh H. Muhammad Waly Al-Khalidy yang bermazhab Syafi’i sekaligus pimpinan Pesantren Darussalam, Labuhan Haji. Selama kurun waktu 12 tahun (1947-1958), beliau menyelesaikan studinya.
Sepulang beliau ke kampung halaman, setelah belajar dan melanjutkan pendidikan selama 12 tahun. Beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Darul Muta’allimin pada tahun 1958 yang kemudian digeser sekitar 10 KM dari tempat awal pada tahun 1962 ke Desa yang disebut Tanah Merah.
Secara administrasi, Pondok Pesantren Darul Muta’allimin telah terdaftar di Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh. Untuk meningkatkan keberadaan Pesantren, pada tahun 1985 didirikan sebuah Yayasan Al-Mukhlisin Pesantren Darul Muta’allimin Tanah Merah dan beliau menjadi pimpinan Yayasan tersebut.
Pesantren Darul Muta’allimin menjadi ikon pendidikan agama Islam di Kabupaten Aceh Singkil dan Pemerintah Kota Subulussalam. Sudah banyak alumni yang menjadi tokoh penting dalam pembangunan dua daerah tersebut. Bahkan, sudah mencapai lebih 100 cabang atau ranting madrasah yang terlahir dari Pondok Pesantren Darul Muta’allimin.
Abuya Syeikh Bahauddin Tawar sangat dicintai santrinnya, dikagumi dan disegani oleh masyarakat Aceh Singkil dan Subulussalam. Banyak nasihat dan ucapan beliau menjadi ingatan dalam masyarakat, bahkan nasihat yang menjadi ingatan melekat bagi santrinya ialah : “Jangan surut di tengah jalan, walaupun penuh dengan rintangan. Itu pemuda-pemudi sejati dalam hidupnya selalu berbakti.
Sumber : Pemikiran Syekh Haji Bahauddin Tawar Dalam Perjuangan dan Pengabdiannya Terhadap Pembangunan dan Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam di Kabupaten Aceh Singkil (Umma Abidin, S.Pd.I: 2004)

Posting Komentar

0 Komentar